Wednesday, April 29, 2020

KRITIK IBNU TAIMIYAH TERHADAP SYI'AH DAN KONDISI TERKINI KAJIAN-KAJIAN SYIAH


Kritik utama yang dilontarkan Ibnu Taimiyah terhadap syi’ah dapat di rangkum
sebagai berikut: Dalam Al-Qur’an ataupun hadis tidak ada satupun dalil yang mendukung
klain Syi’ah bahwa Imamah adalah salah satu dari tiang-tiang Agama. Bagaimana hal itu
mungkin jik ghaibnya Imam dalam prakteknya telah mereduksi dirinya menjadi makhluk yang tak berguna, yang tidak mampu melayani kepentingan kaum Muslimin, baik yang
bersifat duniawi maupun ukhrawi? Imam yang gaib itu kini telah menghilang selama lebih
dari empat ratus tahun. Penantian kedatangannya kembali telah tidak menghasilkan apa-apa
selain harapan palsu, hasutan, dan praktek-praktek yang rusak di kalangan
kelompok-kelompok tertentu kaum Muslimin. Taak kepada Allah dan Rasulnya sudah cukup
untuk menghantarkan setiap Muslim ke Surga (QS:An-Nisa, 4:13, 69). Dengan menuntut
ketaatan kepada seorang Imam gaib yang tidak bisa dilihat, didengar ataupun diajak
berkomunikasi oleh siapapun, paham Syi’ah telah memaksakan suatu kewajiban kepada
kaum Muslimin yang melampaui kemampuan mereka, sesuatu yang mustahil, di tinjau dari
keadilan Tuhan. Dengan demikian doktrin Imamah bertujuan untuk menciptakan suatu rejim
yang mustahil dicapai. 

Keyakinan bahwa Ali adalah penerus yang sah dari Rasulullah dengan dasar nashsh
(ketentuan ilahi) membawa berbagai implikasi absurt yang secara khusus merusak prinsip
keadilan Ilahi. Jika anda benar-benar menghendaki Ali sebagai penerus Rasulullah, tentunya
dia telah mengetahui dengan ilmunya bahwa dia telah memilih seorang khalifah yang tidak
akan ditaati oleh seuruh ummat dan pemerintahannya akan menumbulkan perang saudara.
Jika asumsi ini benar, maka kesimpulannya adalah bahwa Tuhan dan Rasulnya telah
melakukan kezaliman besar terhadap kaum Muslimin, hal mana juga merupakan suatu hal
yang absurd. 

KONDISI KINI KAJIAN-KAJIAN SYI’AH

Faktor-fakor historis, seperti fakta bahwa Barat tidak pernah memiliki kontak
langsung dengan Syi’ah seperti yang Barat lakukan dengan islam Sunni, telah menyebabkan
negeri Barat kurang mengenal hingga kini tentang Islam Syi’ah dibandingkan dengan tentang
islam Sunni. Dan sunni juga tidak terlalu dipahami dengan benar atau ditafsirkan secara
simpatik oleh para ilmuan Barat. Barat berhubungan langsung dengan islam di Spanyol,
Sisilia dan Palestina di abad-abad pertengahan dan di semenanjung Balkan selama periode
Ustmani. Pertemuan-pertemuan ini semuanya dengan islam Sunni dengan pengecualian terbatas berhubungan dengan Isma’iliyah dalam menghadapi perang salib. Pada masa
kolonial, India merupakan wilayah luas satu-satunya yang didalamnya pengetahuan tentang
Syi’ah menjadi penting untuk hubungan harike hari dengan kaum muslim. Karena alasan ini
beberapa karya dalam bahasa inggris yang berhubungan dengan Syi’ah duabelas imam
sebagian besar terkait dengan anak benua India.19
Akibat kurang dikenalnya ini, banyak orientalis Barat era awal melancarkan
tuduhan-tuduhan yang sangat fantastis terhadap Syi’ah, seperti bahwa pandangan-pandangan
Syi’ah dikarang oleh orang-orang yahudi yang menyamar sebagai orang-orang muslim. Salah
satu alasan untuk jenis serangan ini, yang juga dapat terlihat dalam kasus tasawuf, adalah
bahwa jenis orientalis ini tidak ingin melihat dalam islam doktrin-doktrin metafisika atau
eskatologi (ajaran tentang akhir zaman) bermuatan intlektual, yang akan menempatkan islam
pada ranking yang lebih dari “agama sederhana dari gurun pasir” yang terkenal. Kareanya
para penulis seperti itu pasti menolak doktrin-doktrin metafisik dan spiritual apapun yang
ditemukan dalam ajaran-ajaran Syi’ah atau tasawuf sebagai palsu. Satu atau dua karya yang
ditulis selama periode ini dan yang berhubungan dengan Syi’ah disusun oleh para misionaris
terutama yang terkenal lantaran kebencian mereka terhadap islam. Hanya selama generasi
terakhir sejumlah ilmuan Barat yang sangat terbatas telah berusaha melakukan telaah yang
lebih serius tentang Syi’ah. Yang terkemuka di antara mereka adalah Louis Massignon, yang
menekuni beberapa telaah utama tentang Syi’ah arab era awal, dan Henry Corbin, yang telah
mencurahkan seumur hidupnya untuk menelaah Syi’ah seluruhnya dan perkembangan
intelektual mutakhirnya terutama seperti terpusat di Persia, dan yang telah mengenalkan
kepada dunia Barat untuk pertama kami sebagai kekayaan metafisik dan teosofis dari ini
sebagai aspek yang relaif belum dikenal. Namun, meskipun usaha-usaha mereka ini dan
beberapa ilmuan lainnya, kebanyakan islam Syi’ah masih tetap sebagai buku yang tertutup
hingga hari ini, dan belum muncul sebagai karya pengantar dalam bahasa Inggris untuk
menyajikan seluruh islam Syi’ah kepada orang yang baru mendalami subjek tersebut. 

No comments: