google.com, pub-8577073204880171, DIRECT, f08c47fec0942fa0

google.com, pub-8577073204880171, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Saturday, August 22, 2020

Desentralisasi :Akuntansi Pertanggungjawaban, Evaluasi Kinerja, dan Penetapan Harga Transfer dan Akuntansi Pertanggungjawaban Kontemporer.

 Desentralisasi :Akuntansi Pertanggungjawaban, Evaluasi Kinerja, dan Penetapan Harga Transfer dan Akuntansi Pertanggungjawaban Kontemporer.


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya, serta shalawat serta salam semoga selalu terpanjatkan untuk Nabi junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sistem Akuntansi Pemerintah  yang diberikan oleh dosen mata kuliah tersebut, selain itu makalah ini juga disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Desentralisasi :Akuntansi Pertanggungjawaban, Evaluasi Kinerja, dan Penetapan Harga Transfer dan Akuntansi Pertanggungjawaban Kontemporer.

Walaupun ada beberapa rintangan dan hambatan dalam menbuat makalah ini akhirnya atas pertolongan dari Allah SWT makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini banyak kekurangannya namun penulis menyajikan pembahasan dengan detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Selama penulis membuat makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk moril maupun materil oleh karena itu penulis sampaikan ucapan terima kasih sebanyak – banyaknya kepada semua pihak yang membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Semoga Allah SWT, membalas budi baik seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Penulis mohon saran dan kritiknya, terima kasih dan mohon maaf apabila banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan tertentu dalam menjalankan usahanya. Setiap perusahaan ingin dapat memenuhi kepentingan para anggota maupun pemegang sahamnya. Kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan suatu prestasi bagi manajemen perusahaan tersebut. Penilaian akan prestasi dan kinerja perusahaan dapat di gunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Bidang keuangan merupakan suatu bidang yang sangat diperhatikan oleh semua perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil. Persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dan kondisi perekonomian yang tidak menentu dapat menyebabkan kebangkrutan pada perusahaan. Oleh karena itu, agar hal tersebut tidak terjadi perusahaan harus mampu mencermati kondisi kinerja keuangannya dengan baik sehingga perusahaan dapat bertahan dan berkembang.
 
Secara umum, perusahaan diatur berdasarkan lini pertanggungjawaban. Bagan organisasi tradisional mengilustrasikan arus pertangungjawaban dari direktur utama turun ke direktur ke manajer tingkat menengah dan tingkatan manajer yanglebih rendah lagi. Idealnya, sistem akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur organisasi. Desentralisasi adalah praktik mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada manajemen dengan tingktan yang lebih rendah didalam sebuah perusahaan.

Saat  perusahaan semakin berkembang, manajemen puncak biasanya menciptakan wilayah pertangungjawaban yang dikenal sebagai pusat pertangungjawaban dan menugaskan manajer di bawahnya ke wilayah tersebut.  

Pusat Pertangungjawaban (Responsibility Centers) adalah segmen dari perusahaan yang manajernya bertangung jawab terhadap sejumlah aktivitas yang telah ditentukan. Hasil dari setiap pusat pertangungjawaban dapat diukur sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh para menejer untuk mengoperasikan pusat pertangungjawaban.

Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para investor dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen. 

Maka dari itu dalam makalah ini penulis akan membahas tentang  desentralisasi :akuntansi pertanggungjawaban, evaluasi kinerja, dan penetapan harga transfer dan akuntansi pertanggungjawaban kontemporer.

PEMBAHASAN

1. Desentralisasi Pusat dan Pertanggungjawaban

Secara umum, perusahaan diatur berdasarkan lini pertanggungjawaban. Bagan organisasi tradisional mengilustrasikan arus pertangungjawaban dari direktur utama turun ke direktur ke manajer tingkat menengah dan tingkatan manajer yanglebih rendah lagi. Idealnya, sistem akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur organisasi.

Sebagian besar perusahaan dengan banyak pusat pertanggungjawaban biasanya memilih satu diantara dua pendekatan pengambilan keputusan dalam mengelola berbagai aktivitas mereka yang beragam dan begitu rumit :Sentralisasi dan Desentralisasi

Dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sentralisasi, keputusan dibuat ditingkatan tertinggi, dan manajer pada tingkatan yang lebih rendah ditugaskan untuk menerapkan keputusan-keputusan tersebut.

Pengambilan keputusan dengan pendekatan desentralisasi memberikan kebebasan kepada para manajer ditingkatan yang lebih rendah untuk membawa dan menerapkan keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan wilayah tanggungjawab mereka. 
Ilustrasi perbedaan antara perusahaan yang menggunakan sistem sentralisasi dan desentralisasi.

Perusahaan berada dalam rentang dari organisasi yang sangat berorientasi ke pusat (sentralistis) sampai dngan terdesentralisasi. Sebagian besar perusahaan berada diantara kedua sisi tersebut dengan mayorits cenderung mengarah ke desentralisasi. 

Desentralisasi adalah praktik mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada manajemen dengan tingktan yang lebih rendah didalam sebuah perusahaan.

2. Alasan Melakukan Desentralisasi

Sebagian besar perusahaan memutusakan untuk melakukan desentralisasi karena beberpa alasan berikut ini :

2.1 Kemudahan pengumpulan dan penggunaan informasi setempat.


Kualitas keputusan dipengaruhi oleh kualitas informasi yang tersedia. Saat perusahaan berkembang semakin besar dan beroperasi dipasar dan wilayah yang berbeda, manajemen pusat belum tentu dapat memahami kondisi daerah setempat. Namun, para manajer dengan tingkatan yang lebih rendah berhubungan langsung dengan kondisi operasional disekitarnya (seperti kekuatan dan sifat persaingan daerah setempat, sifat tenaga kerja setempat, dan sebagainya). Alsan tersebut membuat para manajer dengan tingkatan yang lebih rendah sering berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengambil keputusan sesuai kondisi daerah setempat.

2.2 Membuat manajemen pusat lebih fokus pada tanggungjawabnya.

Dengan mendesentralisasikan keputusan operasional, manajemen pusat bebas untuk terlibat dalam perencanaan strategis dan pengambilan keputusan. Keberlanjutan organisasi dalam jangka panjang seharusnya lebih penting bagi manajemen pusat daripada kegiatan operasional harian. 

2.3 Melatih dan memotivasi para segmen

 
Organisasi selalu membutuhkan manajer yang terlatih dengan baik untuk menggantikan manajer dengan tingkatan yang lebih tinggi yang keluar dari perusahaan untuk bekerja ditempat lain.  Apakah terdapat cara yang lebih baik untuk menyiapkan generasi manajer dengan tingkatan yang lebih tinggi dimasa depan selain dengan cara memberikan kesempatan kepada para manajer tersebut untuk membuat keputusan-keputusan penting? Kesempatan ini juga membuat manajemen puncak menjadi lebih mudah dalam mengevaluasi kemampuan para manajer lokal dan mempromosikan mereka yang mampu membuat keputusan terbaik.

2.4 Meningkatkan persaingan, menempatkan segmen-segmen dalam kekuatan pasar.


Dalam perusahaan yang sangat berorientasi kepusat (sentralistis), margin laba keseluruhan dapat menyembunyikan inefesinsi dalam beberapa subdivisi. Perusahaan-perusahaan besar saat ini mendapati bahwa mereka tidak mampu untuk mempertahankan divisi yang tidak mampu bersaing. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kinerja dari sebuah divisi atau pabrik adalah dengan menghadapkan mereka secara penuh pada kekuatan pasar.  

3. Unit-unit Desentralisasi


Desentralisasi biasanya diwujudkan melalui pembentukan unit-unit yang disebut divisi. Cara pembagian divisi adaah berdasarkan jenis barang atau jasa yang diproduksi. Sebagai contoh, PepsiCo mengembangkan divisi rumah makannya menjadi Tricon Global Restaurant (YUM). Hasilnya, minuman cola yang diminum di Pizza Hut, Taco Bell, dan KFC adalah Pepsi, bukan Coke. 

Dalam latar desentralisasi, biasanya terdapat beberapa saing ketergantungan, jika tidak, suatu persahaan hanya akan menyerupai kumpulan dari entitas yang terpisah secara total. Cara untuk membedakan divisi adalah berdasarkan jenis pertanggungjawaban yang diberikan pada manajer divisi, pusat investasi mewakili pusat tertinggi desentralisasi (di ikuti denga pusat laba dan akhirnya dengan pusat biaya dan pusat pendapatan) karena para manajer mereka memiliki ebebasan untuk membuat berbagai keputusan penting.

4. Keunggulan dan Kelemahan Desentralisasi

Desentralisasi memiliki banyak keunggulan, diantaranya:

  • Manajemen puncak bebas dari pemecahan masalah harian dan terkonsentrasi pada strategi, pembuatan keputusan yang mempunyai tingkatan lebih tinggi dan pada masalah koordinasi.
  • Memberikan pengalaman berharga bagi manajemen lebih bawah dalam pembuatan keputusan
  • Manajer lebih bawah memiliki informasi yang lebih rinci terutama informasi local.
  • Untuk memudahkan evaluasi kerja dikarenakan adanya kebebasan bagi manajer tingkat bawah.
  • Mendorong manajer tingkat bawah untuk menunjukan kerja terbaik mereka, hal ini muncul karena semangat kerja mereka meningkat sehubungan dengan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab.
Disamping itu desentralisasi juga mempunyai kelemahan:
  • Memungkinkan manajer membuat keputusan tanpa sepenuhnya memahami gambaran keseluruhan dari perusahaan dikarenakan pemahaman yang sedikit mengenai strategi perusahaan.
  • Kurang koordinasi bagi manajer-manejer yang memiliki otonomi.
  • Manajer tingkat bawah dimungkinkan mempunyai tujuan yang berbeda dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. 

5. Akuntansi Pertanggungjawaban Kontemporer


Akuntansi manajemen berkembang dari yang konvesional atau tradisional ke modern atau yang juga sering dikenal dengan istilah akuntansi manajemen kontemporer. Perkembangan ini selaras dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin lama semakin canggih, sehingga dunia bisnis berkembang pesat, yang mengakibatkan persaingan bisnis juga semakin ketat. Pada tahun 1950an sampai dengan tahun 1980an, akuntansi manajemen telah kehilangan relevansinya, sebagaimana yang disebutkan oleh Johnson dan Kaplan (1991) dengan istilah “The Dark Age of Relevance Lost.” 

Hal ini ditandai dengan gagalnya bisnis Amerika, yang telah menggunakan hasil-hasil akuntansi top-down untuk mengendalikan/mengontrol perilaku, dan melemahnya kemampuan perusahaan untuk menjalankan kecakapan proses fleksibilitas dalam menghadapi dan memenuhi harapan konsumen. “Top-Down Control Cycle” hanya berfokus pada hasil keuangan saja, dan tidak dapat menyediakan informasi tentang sumber produktivitas dan kesempatan bersaing di dalam kondisi ekonomi dewasa ini. 

Pada paradigma baru, untuk menjadi unggul dalam persaingan, maka para pelaku bisnis harus mengubah cara/gaya berfikir (the way of thinking) tentang bisnis. Menurut Johnson (1992), sejak tahun 1990an akuntansi manajemen telah memperoleh kembali relevansinya, yang telah hilang di masa lalu. Pada era informasi ini, Johnson (1992) mengkaji bagaimana informasi pada level proses dapat memungkinkan para karyawan untuk mencapai atau menjadikan perusahaan, yang mempunyai fleksibilitas dan pertanggungjawaban untuk bersaing di tingkat bisnis global. “Bottom-Up Empowerment Cycle” berfokus pada konsumen dan proses, dan bukan pada hasil keuangan saja. Informasi dari konsumen dan proses digabung/dikumpulkan dan digunakan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu tim kerja (work force) yang menghadapai konsumen dan menjalankan proses. 

Para pelaku bisnis Amerika mulai mengakui adanya pergeseran dari paradigma lama yang menggunakan sistem atau pola akuntansi manajemen konvensional, ke paradigma baru yang menggunakan sistem/pola akuntansi manajemen modern atau kontemporer, sebagaimana dilakukan oleh pelaku bisnis di Jepang. Sebagai pioneer, yang menggunakan sistem akuntansi manajemen kontemporer, bisnis Jepang telah terbukti unggul dalam persaingan global. 

PENUTUP

Kesimpulan

Secara umum, perusahaan diatur berdasarkan lini pertanggungjawaban. Bagan organisasi tradisional mengilustrasikan arus pertangungjawaban dari direktur utama turun ke direktur ke manajer tingkat menengah dan tingkatan manajer yanglebih rendah lagi. Idealnya, sistem akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur organisasi. Perusahaan berada dalam rentang dari organisasi yang sangat berorientasi ke pusat (sentralistis) sampai dngan terdesentralisasi. Sebagian besar perusahaan berada diantara kedua sisi tersebut dengan mayorits cenderung mengarah ke desentralisasi. 

Desentralisasi adalah praktik mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada manajemen dengan tingktan yang lebih rendah didalam sebuah perusahaan. Alasan melakukan desentralisasi diantaranya yaitu Kemudahan pengumpulan dan penggunaan informasi setempat, Membuat manajemen pusat lebih fokus pada tanggungjawabnya, Melatih dan memotivasi para segmen, Meningkatkan persaingan, menempatkan segmen-segmen dalam kekuatan pasar. Desentralisasi biasanya diwujudkan melalui pembentukan unit-unit yang disebut divisi. Cara pembagian divisi adaah berdasarkan jenis barang atau jasa yang diproduksi.

Saat  perusahaan semakin berkembang, manajemen puncak biasanya menciptakan wilayah pertangungjawaban yang dikenal sebagai pusat pertangungjawaban dan menugaskan manajer di bawahnya ke wilayah tersebut.  Pusat Pertangungjawaban (Responsibility Centers) adalah segmen dari perusahaan yang manajernya bertangung jawab terhadap sejumlah aktivitas yang telah ditentukan. Hasil dari setiap pusat pertangungjawaban dapat diukur sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh para menejer untuk mengoperasikan pusat pertangungjawaban. 

Pada banyak organisasi yang terdesentralisasi, output dari salah satu divisi digunakan sebagai masukan pada divisi lainnya. Nilai barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang mengirim (penjual) dan biaya bagi divisi yang menerima (pembeli).Nilai ini, atau harga internal, disebut harga transfer  (tranfer price). 

Akuntansi manajemen berkembang dari yang konvesional atau tradisional ke modern atau yang juga sering dikenal dengan istilah akuntansi manajemen kontemporer. Fokus akuntansi manajemen konvensional adalah pada hasil yang berasal dari informasi keuangan, sedangkan fokus akuntansi manajemen kontemporer adalah pada proses dan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA


Hansen. Mowen. (2005). Manajement Accounting. Jakarta: Salemba Empat.

http://blogdeta.blogspot.com/2010/05/akuntansi-pertanggungjawaban.html

http://gerhanasuci.wordpress.com/2012/05/30/akuntansi-pertanggungjawaban.html

http://adeuchie.blogspot.com/2014/08/akuntansi-pertanggungjawaban-harga.html

http://allaboutscients.blogspot.com/2011/01/resume-desentralisasi-akuntansi.html

https://www.academia.edu/25655506/Akuntansi_modern

https://akuntansiterapan.com/2010/06/16/desentralisasi-dan-akuntansi-pertanggungjawaban/





No comments: