PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Tanggung jawab merupakan syarat utama dalam kepemimpinan tanpa ada
memiliki rasa tanggung jawab, orang tak dapat menjadi pemimpin. Dalam kehidupan sehari-hari, tanggung jawab sering salah diartikan orang. Banyak orang mengatakan “Bertanggung jawab” yang sebenarnya hanya berarti berani “memberi jawab” atas teguran perbuatannya, biarpun perbuatannya itu salah ataupun tidak baik.
“Tanggung jawab” adalah pengertian yang di dalamnya mengandung norma-norma etika, social, dan scientific yang berarti bahwa perbuatan-perbuatan yang dipertanggung jawabkan itu adalah baik, baik dapat disetujui maupun masyarakat, dan mengandung kebenaran yang bersikap umum. Pengertian tanggung jwab berisi pula di dalamnya keberanian mengambil resiko terhadap tantangan, hambatan ataupun rintangan yang mungkin akan menghalangi tercapainya pekerjaan-pekerjaan yang telah dianggap/diyakini kebaikan dan kebenarannya.
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di Negara kita Indonesia –sejak zaman penjajahan belanda hingga sampai zaman kemerdekaan pada saat ini, maka kewajiban dan tanggung jawab para pemimpin pendidikan umumnya dan kepala sekolah khususnya mengalami perkembangan dan perubahan pula.
Sehubungan dengan arti supervise seperti yang telah diuraikan diatas, jelaslah bahwa fungsi pokok pemimpin sekolah sebagai supervisor terutama ialah membantu guru-guru dalam mengembangkan potensi/daya kesanggupan dan kecakapan itu, kepala sekolah selaku supervisor perlu memperhatikan faktor-faktor penghambat yang telah diuraikan di atas.
Akan tetapi dalam hubungan ini perlu pula diperhatikan bahwa pengertian tentang fungsi supervisor tidak dapat dilepaskan dari kepemimpinan ataupun kepengawasan mana yang di pegang orang tersebut.
Rumusan Masalah
- Apa itu pengertian supervisi ?
- Apa saja itu tipe-tipe kepengawasan ?B
- agaimana kepengawasan dan semangat ?A
- pa saja ciri-ciri seorang supervisor yang baik ?A
- pa saja fungsi-fungsi supervisi ?A
- pa saja tugas-tugas supervisor ?
Tujuan Penulisan
Makalah tentang Administrasi dan supervisi pengawasan pendidikan ini ditulis selain sebagai penyelesaian tugas Mata Kuliah Administrasi dan supervisi pendidikan juga di harapkan Mahasiswa yang telah membaca makalah ini dapat mengetahui:
- Pengertian superviseT
- ipe-tipe kepengawasanK
- Kepengawasan dan semangati
- Ciri-ciri seorang supervisor yang baiku
- Fungsi-fungsi supervisiT
- Tugas-tugas supervisor
BAB II
PEMBAHASAN
Supervisi Pengawasan
Sesuai dengan perkembangan pendidikan di Negara kita Indonesia, sejak zaman penjajahan belanda hingga zaman kemerdekaan sampai sekarang, maka tanggung jawab para pemimpin pendidikan umumnya dan kepala sekolah khususnya mengalami perkembangan dan perubahan pula. Adapaun perubahan-perubahan tersebut dapat dibagi menjadi tiga aspek:
- Perubahan dalam tujuanP
- Perubahan dalam scope (luasnya tanggung jawab/kewajiban).P
- Perubahan dalam sifatnya.
Ketiga aspek tersebut sangat berhubungan erat dan sukar untuk dipisahkan satu dari yang lain. Adanya perubahan dalam tujuan pendidikan, mengubah pula scope atau luasnya tanggung jawab yang harus dipikul dan dilaksanakan oleh para pemimpin pendidikan. Hal ini mengubah pula bagaimana sifat-sifat kepemimpinan yang harus dijalankan sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pada zaman penjajahan belanda di Indonesia, organisasi bersifat sentralisasi. Segala sesuatu bangunan sekolah, kurikulum (rencana pembelajaran), jumlah murid, buku-buku pelajaran, cara mengajar dan lain-lain sebagainya telah di tetapkan dan diselenggarakan oleh pemerintah secara sentral. Kewajiban kepala sekolah dan guru-guru tidak lain dan tidak bikan adalah menjalankan apa yang telah ditetapkan dan di intruksikan dari atasannya.
Sekarang keadaannya lain lagi. Penyelenggaraan pendidikan lebih di desentralisasikan kepada daerah-daerah: masyarakat di ikutsertakan dan turut serta dalam usaha-usaha pendidikan, dan lain-lain. Tanggung jawab kepala sekolah dan guru-guru semakinlah luas. Jika dahulu, kepala sekolah dianggap baik dan cakap kalau sekolahnya dapat berjalan dengan teratur tanpa menghiraukan kepentingan dan masyarakat sekitarnya, maka penilaian sekarang lebih dari itu.
Tugas kewajiban kepala sekolah, disamping mengatur jalannya sekolah, juga harus dapat bekerja sama dan berhubungan dengan masyarakat. Ia berkewajiban membangkitkan semangat staf guru-guru dan pegawai sekolah untuk bekerja lebih baik, membangun dan memelihara kekeluargaan, kekompakan, dan persatuan antara guru-guru, pegawai, dan juga murid-muridnya, mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana sekolah dan tahu bagaimana menjalankannya, memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan guru-guru, pegawai-pegawainya, dan lain-lain sebagainya, semua ini merupakan tugas kepala sekolah yang pada zaman penjajahan Belanda tidak begitu penting dan tidak perlu adanya. Tugas-tugas kepala sekolah seperti itu adalah bagian dari fungsi-fungsi supervisi (kepengawasan) yang menjadi kewajibannya sebagai pemimpin pendidikan.
Pengertian Supervisi
Dalam Bab I pasal 6 telah dikatakan bahwa supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi-kondisi ataupun syarat-syarat yang esensial, yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Jadi supervisi mempunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada pengembangan kepemimpinan guru-guru dan personnel sekolah lainnya didalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimibingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat dan metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis tarhadap fase-fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.
Dengan kata lain:
Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Fungsi pengawasan atau supervise dalam pendidikan bukan hanya sekedar control melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah digariskan, tetapi lebih dari situ. Supervisi dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervise mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personel maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar-mengajar yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat itu.
Seperti dikatakan oleh Nealey dan Evans dalam bukunya, “Hand book for Effective Supervision of Instruction”, seperti berikut: “the term ‘Supervison’ is used to describe those activities which are primarily and directly concerned with studying and improving the conditions which surround the learning and growth of pupils and teachers.”
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, perkataan supervisi belum begitu populer. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga sekarang orang lebih mengenal kata “Inspeksi” daripada Supervisi. Pengertian “Inspeksi” sebagai warisan pendidikan Belanda dulu, cenderung kepada pengawasan yang bersifat otokratis yang berarti “mencari kesalahan-kesalahan guru dan kemudian menghukumnya”. Sedangkan supervise mengandung pengertian yang lebih demokratis . dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru/pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan intruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi, dalam kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner kerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat dan pengalaman-pengalaman yang perlu di dengar dan dihargai serta di ikutsertakan didalam usaha-usaha perbaikan pendidikan. Sesuai dengan apa yang diakatakan oleh burton dalam bukunya, “Supervision a Social marily aimed at studying and improving co-operativelly all factors which affect child growth and development”.
Sesuai dengan rumusan burton tersebut, maka:
Supervisi yang baik adalah mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam mencapai tujuan umum pendidikan.
Tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar-mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervise tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk di dalamnya peng-adaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar-mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan tekhnik evaluasi pembelajaran ataupun pengajaran, dan lain-lain sebagainya.
Fokusnya pada setting of learning, bukan pada sekelompok orang ataupun pada seseorang. Semua orang, seperti guru-guru, kepala sekolah, dan pegawai sekolah yang lainnya, adalah teman kerja (coworkers) yang sama-sama bertujuan mengembangkan situasi yang mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kegiatan belajar-mengajar yang baik.
Sesuai dengan rumusan diatas, maka kegiatan ataupun usaha-usaha yang
dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan supervise dapat disimpulkan sebagai berikut:
Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media intruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar-mengajar dengan baik.
Bersama guru-guru, berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar-mengajar yang lebih baik.
Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru, murid, dan pegawai sekolah yang lainnya.
Berusaha meninggikan mutu dan pengetahuan guru-guru serta pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar, insertvice-training, ataupun up-grading.
Perlu ditambahkan disini bahwa menurut struktur organisasi Dep. P&K yang berlaku sekarang ini, yang termasuk dalam kategori supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, pemilik sekolah, dan para pengawas di tingkat kabupaten/kotamadya, serta staf kantor bidang yang ada di tiap provinsi.
Menurut keputusan Menteri P dan K RI No.0134/0/1977, tugas pengawas dalam pendidikan dirinci sebagai berikut :
Mengendalikan pelaksanaan kurikulum meliputi isi, meyode penyajian, penggunaan alat perlengkapan dan penilaiannya agar berlangsung sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengenalian tenaga tekhnis sekolah agar terpenuhi persyaratan formal yang berlaku dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mengendalikan pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan sesama sekolah sesuai dengan ketentuan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menjaga agar kualitas dan kuantitas sarana sekolah memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
Mengendalikan tata usaha sekolah meliputi urusan kepegawaian, urusan keuangan, dan urusan perkantoran agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mengendalikan hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain dengan pemerintah daerah, dunia usaha, dan lain-lain.
Menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketepatan waktu.
Menilai pelaksanaan kerja tekhnis sekolah.
Menilai pemanfaatan sarana sekolah.
Menilai efisiensi dan keefktifan tata usaha sekolah.
Menilai hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain pemerintah daerah, dunia usaha, dan lain-lain.
Tipe-tipe kepengawasan
Sehubungan dengan arti supervisi seperti diuraikan diatas, jelaslah bahwa fungsi pokok pemimpin sekolah sebagai supervisor terutama ialah membantu guru-guru dalam mengembangkan potensi-potensi mereka sebaik-baiknya. Untuk mengembangkan potensi/daya kesanggupan dan kecakapan itu, kepala sekolah selaku supervisor perlu memperhatikan faktor-faktor penghambat yang telah diuarikan diatas.
Akan tetapi, dalam hubungan ini perlu pula adanya diperhatikan bahwa pengertian tentang fungsi supervisor tidak dapat dilepaskan dari tipe-tipe kepengawasan /kepemimpinan mana yang di anutnya.
Burton dan Brueckner mengemukakan adanya lima tipe supervisi, yaitu isnpeksi, laissez-faire, coercive, training, and guindance, dan democtratic and leadershif. Secara singkat kelima tipe tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Supervise sebagai inspeksi
Dalam administrasi dan kepemimpinan yang otoriktas, supervise berarti inspeksi. Dalam bentuk inspeksi ini, supervise semata-mata merupakan kegiatan inspeksi pekerjaan guru-guru atau bawahan. Orang-orang yang bertugas/mempunyai tamggung jawab tentang pekerjaan itu disebut inspektur. Istilah ini masih berlaku resmi dan umum dinegara kita meskipun sebenarnya tugas dan pelaksanaan sudah banyak mengalami perubahan.
Laissez faire
Kepengawasan yang bertipe laissez faire sesungguhnya merupakan
kepengawasan yang sama sekali tidak kontrusksif. Kepengawasan laissez faire membiarkan guru-guru atau bawahan berkerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk memberi bimbingan. Guru-guru boleh menjalankan tugasnya menurut apa yang mereka sukai, boleh mengajar apa yamg mereka ingini dan dengan cara yang mereka kehendaki masing-masing.
Coercive Supervision
Hampir sama dengan kepengawasan yang bersifat inspeksi, tipe kepengawasan ini bersifat otoriter. Didalam tindakan kepengawasannya si pengawas bersifat memaksakan segala sesuatu yang di anggapnya benar dan baik menurut pendapatnya benar. Dalam hal ini pendapat dan inisiatif guru tidak dihiraukan dan dikembangkan. Yang penting guru harus tunduk dan menuruti semua peraturan-peraturan ataupun petunjuk yang dianggap baik oleh supervisor itu sendiri.
Supervisi sebagai latihan bimbingan
Dibandingkan dengan tipe-tipe supervisi yang telah dibicarakan terlebih dahulu, tipe ini lebih baik, tipe supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan itu merupakan proses pertumbuhan bimbingan. Juga berdasarkan pandangan bahwa orang-orang yang diangkat sebagai guru pada umumnya telah mendapatkan pendidikan pre-service di sekolah guru. Oleh karena itulah, supervisi yang dilakukan selanjutnya ialah untuk melatih (to train) dan memberi bimbingan (to guide) kepada guru-guru tersebut di dalam tugas pekerjaannya sebagai guru.
Kepengawasan dan demokrasi
Dalam kepemimpinan yang demokratis, kepengawasan atau supervisi besifat demokratis pula. Supervise merupakam kepemimpinan pendidikan secara koperatif. Dalam tingkat ini, supervise bukan lagi suatu pekerjaan yanh dipegang oleh seorang petugas, melainkan pekerjaan-pekerjaan yang sama yang di koordinasikan. Tanggung jawab tidak dipegang oleh supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada para anggota sesuai dengan tingkat, keahian dan kecakapannya masing-masing.
Kepengawasan dan semangat
Untuk menyelenggarakan dan pelaksanaan kerja sama seperti dimaksudkan diatas, diperlukan dasar-dasar yang meliputi keinsafan, kesadaran, dan semangat. Dengan kata lain, untuk memajukan suatu karya bersama secara keseluruhan diperlukan adanya kesediaan untuk memikul tanggung jawab tanpa memikirkan atau mengutamakan kepentingan-kepentingan pribadi, melainkan justru untuk tercapainya tujuan-tujuan bersama.
Jika telah diakui kebenaran bahwa orang-orang dapat memberi sumbangan yang lebih bila mereka diikutsertakan didalam membangun tujuan-tujuan, merencanakan prosedur-prosedur, dan menilai hasil-hasil, maka pemimpi ataupun supervisor haruslah membantu anggota-anggotanya untuk menciptakan situasi-situasi dimana mereka dapat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kerja sama itu dan jangan mengasingkan orang-orang.
Dan bila telah diterima bahwa kerja sama yang efektif tidak dapat diperoleh dengan paksaan, melainkan dengan cara yang lebih bersifat membina, mendorong dan memberi semangat, maka pemimpin haruslah mengarahkan usaha-usahanya kepada terciptanya semangat kelompok yang akan mendorong mereka untuk bekerja secara produktif.
Semangat ialah sesuatu yang membuat orang-orang mengabdi kepada tugas pekerjaannya dimana kepuasan bekerja dan hubungan-hubungan kekeluargaan yang menyenangkan menjadi bagian dari padanya. Semangat ialah reaksi emosional dan mental dari seseorang terhadap pekerjaannya. Semangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pekerjaan seseorang.
Diihat dari sudut adminstrasi pendidikan, semangat ialah suatu disposisi ada orang-orang didalam suatu usaha bersama untuk bertindak, bertingkah laku dan berbuat dengan cara-cara yang produktif, bagi maksud-maksud dan tujuan-tujuan organisasi atau usaha pendidikan.
Adapun beberapa factor yang dapat mempengaruhi semangat dan perlu mendapat perhatian dari para pemimpin pendidikan ialah:
Adanya tingkat kehidupan yang layak.
Adanya perasaan terlindung, dan ketentraman dalam bekerja.
Adanya kondisi-kondisi bekerja yang menyenangkan.
Suasana dan rasa kekeluargaan.
Perlakuan yang adil dari atasannya.
Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan-sumbangan dan jasa-jasa yang diperbuatnya.
Terhadap perasaan berhasil dan kesadaran untuk ingin berkembang.
Kesempatan berpartisipasi dan diikutsertakan didalam menentukan kebijakan (policy)
Kesempatan untuk tetap memiliki.
Ciri-ciri seorang supervisor yang baik
Jelas kiranya bahwa implementasi suatu konsep supervise memerlukan adanya kepemimpinan pendidikan (administrator dan supervisor) yang cukup baik. Untuk itu supervisor haruslah dibekali/dilengkapi secara personal maupun professional sifat-sifat dan pengetahuan yang sesuai dengan profesi jabatan.
Seorang supervisor hendaknya memiliki ciri-ciri pribadi sebagai guru yang baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas mengenai proses pendidikan dalam masyarakat, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human relation yang baik. Dia haruslah orang yang cinta pada anak-anak dan menaruh minat kepada mereka dan masalah-masalah belajar mereka. Kecakapannya dalam menggunakan proses kelompok sangatlah vital, dan dia haruslah cakap didalam memimpin kelompok menurut prinsip-prisnip demokratis, memiliki kecakapan dan keteguhan hati untuk megambil tindakan cepat terhadap kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya untuk segera diperbaiki.
Supervisor yang baik selalu merasa dibimbing oleh penemuan-penemuan yang didapat dari hasil-hasil penelitian pendidikan dan mempunyai kesempatan untuk menyatakan pendapat-pendapat itu di dalam diskusi-diskusi kelompok dan pertemuan-pertemuan perseorangan. Hendaknya merupakan pemimpin sumber dalam segala bidang yang mengenai supervise sekolah dan perbaikan pengajaran. Mungkin dia adalah seorang spesialis dalam bidang tertentu, tetapi disamping itu dia pun harus dapat merupakan seorang generalis didalam approach-nya terhadap keseluruhan program sekolah.
Dengan singkat, disamping harus memiliki ilmu administrasi dan memahami fungsi-fungsi administrasi dengan sebaik-baiknya, untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik seorang supervisor haruslah memilki ciri-ciri dan sifat berikut:
Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang ada dibawah kepengawasannya.
Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga ataupun bagian.
Berwibawa dan memilki kecakapan praktis tentang tekhnik-tekhnik kepengawasan, terutama, dan human relation.
Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah, dan rendah hati.
Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapaina tujuan ataupun program yang telah digariskan atau disusun.
Fungsi-fungsi supervisi
Fungsi-fungsi supervise pendidikan yang sangat penting diketahui oleh para
pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut:
Dalam bidang kepemimpinan
Menyusun rencana dan policy bersama
Mengikutsertakan anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam berbagai macam kegiatan
Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan
Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota keompok
Mengikutsertakan semua anggota didalam menetapkan putusan-putusan.
Dalam hubungan kemanusiaan
memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang di alaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun anggota kelompoknya.
Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, dan pesimistis.
Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yag demokratis.
Memupuk rasa saling meghormati diantara sesama anggota keolompok dan sesama manusia.
Menghilangkan rasa curiga-mencurigai antara anggota kelompok.
Dalam pembinaan proses kelompok
Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan masing-masing.
Menimbulkan dan memlihara sikap percaya –mempercayai sesama anggota maupun antara anggota dan pimpinan
Memupuk sikap dan kesediaan untuk saling tolong-menolong.
Memperbesar rasa anggota kelompok untuk saling bertanggung jawab para anggota kelompok.
Bertindak bijaksana didalam menyelesaikan pertentangan ataupun perselisihan pendapat diantara anggota kelompok.
Dalam bidang administrasi personel
Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing-masing.
Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil yang maksimal.
Dalam bidang evaluasi
Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci.
Menguasai dan memiliki norma-norma ataupun ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai criteria penilaian.
Menguasai tekhnik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada.
Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan intuk mengadakan perbaikan-perbaikan.
Jika fungsi-fungsi supervisi diatas diatas benar-benar dikuasai dan dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh setiap pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah terhadap para anggotany, maka kelancaran jalannya sekolah atau lembaga dalam pencapaian tujuan pendidikan akan lebih terjamin.
Tugas-tugas supervisor
Sehubungan dengan fungsi-fungsi supervise yang telah dibicarakan diatas, maka berikut ini dikemukakan macam-macam tugas supervisi yang lebih real dan lebih terperinci, sebagai berikut:
Menghadiri rapat-rapat ataupun pertemuan organisasi professional.
Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.
Mengadakan rapat kelompok untuk membicarakan masalah umum.
Melakukan class room atau class visit.
Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah-masalah yang mereka usulkan.
Mendiskusikan metode belajar dengan guru-guru.
Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan murid-murid.
Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan sumber-sumber ataupu unit pengajaran.
Memberikan saran-saran tentang unit pengajaran.
KESIMPULAN
Sesuai dengan perkembangan pendidikan di Negara kita Indonesia, sejak zaman penjajahan belanda hingga zaman kemerdekaan sampai sekarang, maka tanggung jawab para pemimpin pendidikan umumnya dan kepala sekolah khususnya mengalami perkembangan dan perubahan pula.
Supervisi adalah bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada pengembangan kepemimpinan guru-guru dan personnel sekolah lainnya didalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Burton dan Brueckner mengemukakan adanya lima tipe supervisi, yaitu isnpeksi, laissez-faire, coercive, training, and guindance, dan democtratic and leadershif.
Untuk menyelenggarakan dan pelaksanaan kerja sama seperti dimaksudkan diatas, diperlukan dasar-dasar yang meliputi keinsafan, kesadaran, dan semangat. Dengan kata lain, untuk memajukan suatu karya bersama secara keseluruhan diperlukan adanya kesediaan untuk memikul tanggung jawab tanpa memikirkan atau mengutamakan kepentingan-kepentingan pribadi, melainkan justru untuk tercapainya tujuan-tujuan bersama.
Seorang supervisor hendaknya memiliki ciri-ciri pribadi sebagai guru yang baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas mengenai proses pendidikan dalam masyarakat, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human relation yang baik.
macam-macam tugas supervisi yang lebih real dan lebih terperinci, sebagai berikut:
Menghadiri rapat-rapat ataupun pertemuan organisasi professional.
Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.
Mengadakan rapat kelompok untuk membicarakan masalah umum.
Melakukan class room atau class visit.
Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah-masalah yang mereka usulkan.
Arifin Abdurrahman, Prof. Dr., H., Teori pengembangan dan Filosofi Kepemimpinan Kerja, Bhratara, th. 1971, Jakarta
Bolla, john J., Supervisi Klinis, Departemen D dan K, Ditjen Pend. Tinggi, PPLPTK Jakarta, 1985
Puwanto Ngalim., Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya. Th. 2014, Bandung